ASAL USUL DESA PULOSARI

Sejarah Lokal mengandung suatu pengertian, bahwa suatu peristiwa yang telah terjadi hanya meliputi suatu daerah dan tidak menyebar ke daerah lainnya. Sejarah lokal tentang suatu daerah memuat masalah awal suatu daerah tersebut seperti asal usul daerah bersangkutan sampai kepada perkembangan daerah itu pada masa berikutnya. Taufik Abdullah (1996) mendefinisikan sejarah lokal sebagai “sejarah dari suatu tempat”, suatu locality yang batasnya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah.

Setiap wilayah di Indonesia memiliki karakter tersendiri. Hal ini disebabkan masing-masing wilayah terbentuk melalui proses sejarah panjang yang berbeda-beda. Demikian juga kebudayaan, merupakan produk dari proses sejarah yang panjang. Oleh karena itu, Sejarah Lokal merupakan yang kompleks yang memiliki banyak aspek dari keseluruhan pengalaman kolektif masa lalu meliputi aspek sosial-budaya, polotik, agama, teknologi, ekonomi, dan sebagainya dalam suatu wilayah tertentu.

Sejarah lokal yang identik dengan cerita rakyat sampai sekarang masih berkembang terus dan penyebarannya secara turun menurun oleh masyarakat. Tetapi masih banyak cerita rakyat yang belum terdeteksi maupun terekap dalam bentuk tulisan maupun kajian. Cerita ini biasanya berupa cerita yang berbentuk kepahlawanan, legenda, keunikan, maupun yang lainnya. Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di daerah biasanya dikenang dan diingat dalam bentuk nama. Nama tersebut biasanya diambil dari nama peristiwa, orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya.

Demikian dengan Desa Pulosari ada keterkaitan dengan tanaman yaitu pohon Polosari yang tumbuh disekitaran desa walaupun hari ini sudah agak jarang namun masih bias di temui dan saat ini di abadikan ditanam di depan Kantor Desa Pulosari, Namun ini tidaklah menjadi latar belakang Asal Usul Desa Pulosari ini menjadikan sebuah pengalihan cerita yang harus kita galih selaku Pemeritah Desa Pulosari sebagai sumber cerita Versi yang lain selanjutnya Versi cerita terkait Desa Pulosari yang saat ini sudah melegeda akan kami ceritakan secara ringkas.

ASAL USUL DESA PULOSARI

Pada awal terbentuknya Desa Pulosari, Kecamatan Bareng,Kabupaten Jombang terbukti dalamm legenda kerajaan Majapahit yang pada masa itu di pimpin oleh Raja Brawijaya, dan Desa ini masih dalam bentuk hutan belantara hanya ditempati oleh beberapa penduduk saja. Untuk memenuhi kebutuhan siar agama,yang pada saat itu memeluk agama hindu. Maka Prabu Boko memerintahkan keponakanya yaitu Joko Lodang untuk medirikan tempat peribadatan yang berupa candi, yang sekarang di kenal dengan sebutan Candi Arimbi. Yang konon katanya merupakan bagian dari keluarga Raja Brawijaya yang bernama Dewi Arimbi, yang petilasanya ada di Desa Ngrimbi Kecamatan Bareng.

Pada masa itu datanglah seorang tokoh ulama yang bernama Kyai Sari dan isrti yang bernama Mayang Sari yang membuka hutan untuk di jadikan sebuah pemukiman dengan membawa ajaran islam yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Pulosari. Dalam perkembanganya Kampung Pulosari akan menjadi Kampung yang subur, Gemah Ripah Loh Jinawi serta dijadikan sebagai pusat pemerintahan sampai pada masa sekarang.

Di sebelah selatan Kampung Pulosari ada seorang tokoh ulama yang merupakan warga pendatang yaitu Kyai Nashir yang mendirikan sebuah kampung. Sehingga sampai saat ini dikenal dengan nama Kampung Pulonasir, yang merupakan bagian dari Kampung Pulosari. Dan sekarng lebih dikenal dengan nama Dusun Pulonasir. Adapun sebelah utara Kampung Pulosari yang di batasi oleh sebuah sungai yang besar dan masih berupa hutan belantara yang dijadikan arena adu pukul atau adu kesaktian. Maka penduduk Kampung Pulosari di kenal dengan sebutan Segitik (adu pukul ). Sehingga di kenal dengan nama Kampung Segitik. Dan sekarang beralih nama dengan sebutan Kampung Sumbermulyo. Kesimpulannya bahwa Desa Pulosari menyimpan banyak histories dari Kerajaan Majapahit dan sangat potensial untuk daerah pengembangan wisata, selain itu sangat cocok untuk area perkebunan yang ditunjang dengan iklim mikro yang memadai.

Pertamina Buka Peluang Kemitraan Bisnis Pertashop

Pada tanggal 11 Juni 2020, Desa Pulosari mengadakan musyawarah desa untuk membahas Pembangunan Pertashop, yang diharapkan dapat memberikan tambahan Pendapatan Asli Desa. Dalam kesempatan tersebut, Pertamina membuka peluang kerjasama kemitraan bisnis Pertashop kepada Pemerintahan Desa di seluruh Indonesia.

Dalam musyawarah desa tersebut, Pertamina menargetkan pembangunan satu outlet Pertashop di 3.827 kecamatan yang belum memiliki lembaga penyalur dari total 7.196 kecamatan di Indonesia. Fandy Nugroho, perwakilan Pertamina (Persero) SBM Rayon II, hadir untuk memfasilitasi perjanjian kerjasama antara Pertamina dan Pemerintah Desa Pulosari. Perjanjian tersebut langsung diterima oleh Kepala Desa Pulosari, Nefi Ufus Solikah.

Pertamina memiliki komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara dan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Oleh karena itu, Pertamina membuka peluang kerjasama kemitraan bisnis Pertashop, dengan memberikan prioritas kepada lembaga desa sebagai pengelola Pertashop. Hal ini sejalan dengan Program Pertamina One Village One Outlet, yang bertujuan untuk menciptakan pusat ekonomi baru di tingkat desa.

Pertashop diharapkan dapat menyediakan produk dengan harga dan kualitas yang dijamin sama. Dengan konsep ini, diharapkan keberadaan Pertamina dapat memberikan manfaat yang lebih terasa dalam menyebarkan energi dengan harga dan kualitas yang terjangkau bagi masyarakat setempat.