Dapatkan dokumen dengan cara klik berkas bergaris bawah
KOMPONEN DESA ANTI KORUPSI :
1. PENGUATAN TATA LAKSANA |
Dapatkan dokumen dengan cara klik berkas bergaris bawah
KOMPONEN DESA ANTI KORUPSI :
1. PENGUATAN TATA LAKSANA |
Dapatkan dokumen dengan cara klik berkas bergaris bawah
KOMPONEN DESA ANTI KORUPSI :
1. PENGUATAN TATA LAKSANA |
Dapatkan dokumen dengan cara klik berkas bergaris bawah
KOMPONEN DESA ANTI KORUPSI :
1. PENGUATAN TATA LAKSANA
2. PENGUATAN DAN PENGAWASAN
3. PENGUATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
4. PENGUATAN PARTISIPASI MASYARAKAT
5. KEARIFAN LOKAL
Link 5 Indikator Desa Anti Korupsi
Dapatkan dokumen dengan cara klik berkas bergaris bawah
KOMPONEN DESA ANTI KORUPSI :
1. PENGUATAN TATA LAKSANA
2. PENGUATAN DAN PENGAWASAN
3. PENGUATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
4. PENGUATAN PARTISIPASI MASYARAKAT
5. KEARIFAN LOKAL
Link 5 Indikator Desa Anti Korupsi
Pulosari, Jombang – Dalam upaya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan desa, Desa Pulosari, yang terletak di Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, meluncurkan program baru bertajuk “Gerakan Desa Anti Korupsi”. Kegiatan ini resmi dimulai pada hari Senin, 28 Juli 2024, di Balai Desa Pulosari, dengan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perangkat desa, tokoh masyarakat, dan warga setempat.
Kepala Desa Pulosari, Ibu Nefi Ufus Solikah, dalam pidato pembukaannya menyampaikan pentingnya gerakan ini sebagai langkah preventif untuk mencegah praktik-praktik korupsi yang merugikan masyarakat dan menghambat pembangunan desa. “Kami berkomitmen untuk menjadikan Pulosari sebagai desa yang bersih dari korupsi. Transparansi dalam pengelolaan dana desa dan partisipasi aktif masyarakat adalah kunci untuk mewujudkan hal ini,” ujarnya.
Gerakan Desa Anti Korupsi ini mencakup beberapa inisiatif, antara lain:
Acara peluncuran ini juga diisi dengan penandatanganan Deklarasi Anti Korupsi oleh seluruh perangkat desa dan perwakilan warga. Deklarasi ini berisi komitmen bersama untuk menolak segala bentuk korupsi dan menyatakan siap untuk mengawasi serta melaporkan jika ditemukan indikasi tindakan yang tidak sesuai.
Ibu Siti, salah satu warga Pulosari yang turut hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi langkah yang diambil oleh pemerintah desa. “Ini adalah langkah yang sangat positif. Kami berharap dengan adanya gerakan ini, pembangunan desa dapat berjalan dengan lebih baik dan transparan,” ungkapnya.
Dengan adanya Gerakan Desa Anti Korupsi ini, diharapkan Desa Pulosari dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Kabupaten Jombang dalam upaya memerangi korupsi di tingkat desa. Program ini juga mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Jombang yang berharap inisiatif serupa dapat diimplementasikan secara luas untuk menciptakan pemerintahan desa yang bersih dan akuntabel.
Reporter: Jabrik
Dalam upaya menggalakkan transaksi non tunai di wilayahnya, Desa Pulosari mengadakan acara “Sinau Desa” yang melibatkan kolaborasi dengan Desa Gedangan Mojowarno Jombang. Acara tersebut dihadiri oleh kepala desa, sekretaris desa, bendahara, dan pendamping desa dari kedua belah pihak.
Acara ini diinisiasi sebagai bagian dari upaya pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan literasi keuangan di masyarakat. Transaksi non tunai dianggap sebagai langkah progresif dalam meningkatkan efisiensi dan keamanan transaksi keuangan sehari-hari.
Kepala Desa Pulosari, Nefi Ufus Solikah, mengungkapkan, “Kami berkomitmen untuk mendorong kemajuan ekonomi dan teknologi di desa kami. Dengan adanya sinergi antara Desa Pulosari dan Gedangan Mojowarno, kami ingin mengedukasi masyarakat tentang manfaat transaksi non tunai serta memberikan pembelajaran praktis dalam penggunaannya.”
Sementara itu, Kepala Desa Gedangan Mojowarno, menyambut baik inisiatif kolaboratif ini. “Melalui sinergi ini, kami berharap dapat meningkatkan inklusi keuangan di desa-desa kami. Transaksi non tunai tidak hanya memudahkan, tetapi juga meningkatkan keamanan dalam bertransaksi, yang sangat penting di era digital seperti sekarang.”
Acara “Sinau Desa” ini diisi dengan sesi pembelajaran langsung tentang cara melakukan transaksi non tunai, baik melalui perbankan maupun layanan pembayaran digital. Para peserta juga diberikan kesempatan untuk mencoba langsung transaksi non tunai dengan bimbingan Sekdes dan Bendahara Desa Pulosari.
Diperkirakan, melalui kolaborasi seperti ini, akan terjadi peningkatan signifikan dalam penggunaan transaksi non tunai di kedua desa tersebut, serta memberikan dampak positif dalam pertumbuhan ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat.
Pulosari, Jombang – Atmosfer kegembiraan menyelimuti Masjid Darusalam Pulosari, Jombang, Suasana Shlolad Idul Fitri bersama warga. Dengan penuh semangat, Suasana Shlolad turut serta dalam rangkaian kegiatan keagamaan, menghadirkan nuansa kehangatan dan kebersamaan di tengah-tengah masyarakat.
Safi’i Arif Dalam sambutannya, Sussana Shlolad menyampaikan harapannya agar Idul Fitri tahun ini menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, serta memperkuat rasa persaudaraan. “Idul Fitri adalah momen yang tepat untuk saling memaafkan, mempererat hubungan, dan memperkokoh persatuan,” ucapnya dengan penuh kehangatan.
Acara yang dihadiri oleh puluhan warga tersebut juga disemarakkan dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti ceramah agama, pembacaan doa bersama, serta takbir keliling di sekitar lingkungan masjid. Suasana kebersamaan semakin terasa ketika warga dari berbagai lapisan masyarakat bergandengan tangan, menyambut datangnya hari yang fitri ini.
Kehadiran Sussana Shlolad di Masjid Darusalam Pulosari, Jombang, pada hari raya Idul Fitri ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berkontribusi dalam mempererat persatuan dan kesatuan, serta menjaga nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian dalam bingkai keagamaan. Semangatnya dalam menyatukan hati-hati warga di tengah-tengah perayaan ini sungguh membangkitkan semangat kebersamaan dan persatuan di kalangan masyarakat.
Telah terjadi, sebuah kejadian alam yang mengkhawatirkan telah terjadi di Dusun Sumber Lamong Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Sebagian area di desa tersebut dilaporkan mengalami amblesan tanah yang cukup signifikan, menimbulkan kekhawatiran akan potensi dampak yang lebih besar.
Kejadian ini pertama kali dilaporkan oleh sejumlah warga yang merasa getaran dan melihat pergeseran tanah di sekitar wilayah tersebut sekitar pukul 22.00 malam waktu setempat bersamaan dengan hujan deras. Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) segera dikerahkan ke lokasi untuk mengevaluasi situasi.
Menurut saksi mata, amblesan tanah terjadi secara tiba-tiba, menimbulkan rasa panik di antara penduduk setempat. Beberapa bangunan rumah juga dilaporkan mengalami kerusakan akibat peristiwa ini, meskipun belum ada laporan resmi tentang korban jiwa atau luka-luka.
Kepala BPBD Jombang, menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan evaluasi mendalam terhadap kondisi tanah dan potensi bahaya lebih lanjut. Evakuasi sementara telah dilakukan terhadap beberapa warga yang rumahnya terdampak langsung oleh amblesan tanah.
Pemerintah setempat juga telah mengirimkan tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang untuk melakukan pemetaan lebih lanjut terhadap wilayah yang rawan ambles. Sementara itu, warga sekitar diminta untuk tetap waspada dan bersiap mengungsi apabila diperlukan.
Penyebab pasti dari amblesan tanah ini masih dalam penyelidikan. Namun, sejumlah faktor seperti curah hujan yang tinggi belakangan ini dan struktur geologi daerah tersebut diduga menjadi penyebab utama kejadian ini.
Saat ini, pemerintah daerah sedang berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan lebih lanjut terhadap potensi bencana serupa di masa mendatang.
Kami akan terus memperbarui informasi seiring berjalannya evakuasi dan penanganan darurat di Desa Sambirejo, Wonosalam, Jombang. Semoga tidak ada korban lebih lanjut akibat peristiwa ini, dan keselamatan selalu menjadi prioritas utama bagi seluruh penduduk.
Pulosari, 27 Desember 2023
Desa Pulosari terus memperkuat warisan budaya lokalnya dengan menggelar pelatihan campursari yang rutin dilaksanakan setiap minggu. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Paguyupan Campursari Lestrai Budoyo yang dipimpin oleh Ibu Kepala Desa Pulosari.
Paguyupan Campursari Lestrai Budoyo telah menjadi wadah yang sangat berarti dalam pelestarian seni dan budaya tradisional di Desa Pulosari. Dengan didukung oleh kepemimpinan yang visioner dari Ibu Kepala Desa, kegiatan ini tidak hanya menjadi wujud pelestarian, tetapi juga sebagai sarana memperkenalkan kekayaan seni budaya kepada masyarakat luas.
Setiap minggu, warga Desa Pulosari berkumpul untuk mengikuti pelatihan campursari yang diadakan di aula desa. Kegiatan ini melibatkan semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga lansia, dengan tujuan untuk mewariskan dan memperkenalkan musik campursari sebagai bagian dari identitas budaya desa.
Ibu Kepala Desa Pulosari, [Nama], menyatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah pelestarian budaya, tetapi juga sebagai upaya memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di antara warga desa. “Campursari bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang kebersamaan dan kecintaan kita terhadap warisan nenek moyang. Ini adalah bentuk nyata bagaimana kami merawat dan memperkaya budaya kita sendiri,” ujarnya.
Selain pelatihan, Paguyupan Campursari Lestrai Budoyo juga aktif dalam menggelar pertunjukan dan acara seni budaya di berbagai tempat. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan seni campursari Desa Pulosari kepada masyarakat luar dan membangun apresiasi terhadap kekayaan budaya yang dimiliki.
Kegiatan ini telah mendapat dukungan positif dari masyarakat setempat, pemerintah desa, dan pihak terkait lainnya. Diharapkan, melalui pelatihan dan kegiatan seni budaya ini, Desa Pulosari dapat terus menjadi pusat kegiatan budaya yang membanggakan dan mampu menjaga identitasnya di tengah pesatnya perkembangan zaman.
Ke Elokan Tersembunyi Goa Ngesong di Desa Pulosari
Hari ini 5.307 pengunjung Website Desa Pulosari sejak 3 September 2015 sudah mewarnai duniya maya baik yang memberikan tanggapan komentar maupun sekedar melihat karya tulis maupun media informasi yang di buat PemDes Pulosari hari ini pula mulai berdatangan untuk membuktikan ke elokan panorama Desa Wisata Yang di gagas Desa Pulosari , Candi Arimbi yang indah dipandang dengan relip relipnya yang konon membawa mistis bagi penduduk pulosari,kehadiran goa atau Curukan Ngesong konon curukan yang berjumlah dua ini saling berhubungan dan keterkaitan ditambah kilau Grojokan Parang Ondo serta deretan Parang Dhowo yang sangat indah dan memanjakan mata kita tuk melihat, bagi pengunjung akan di dampingngi seorang pemandu sekaligus Danton Linmas Desa Pulosari yang santun (sebut saja Taram) mulai berdatangan dari kalangan wisatawan, pejabat, media, pelajar dan mahasiswa juga budayawan, semoga pulosari menjadi Desa Wisata alternatif kunjungan di kabupaten Jombang. BARENG, (kabarjombang.com) – Wana wisata alam nan elok, Goa Ngesong, yang berada di bukit antara Dusun Pulosari dan Sumbermulyo, Desa Pulosari, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, merupakan potensi wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungia Wana wisata masih alami yang berada di selatan Candi Arimbi ini, menurut Kepala Dusun (Kasun) Pulosari, Widji, ditemukan warga saat mencari rumput untuk kebutuhan makan hewan ternaknya, belum lama ini. “Kalau berdasarkan karakter Goa, mungkin lebih pas dinamakan curukan, karena kurang besar,” katanya di lokasi Goa tersebut. Uniknya, kondisi goa yang berada di aliran sungai Sumber Bengawan (Sumber Watumayung), di bawah Gunung Anjasmoro ini, menembus bukit, yakni bibir goa menghadap ke barat dan timur. “Makanya dinamakan Ngesong, bahasa Jawa yang artinya tembus. Sayangnya, goa yang menghadap ke barat ditutup batu besar,” papar Widji. Konon, lanjutnya, goa tersebut merupakan sarang kirik (anjing) kikik, yakni hewan pemangsa manusia, dan digunakan hal-hal mistis. Agar anjing tersebut tidak keluar, sekitar kedalaman 4 meter dari bibir goa yang menghadap ke barat tersebut, ditutup dengan sebongkah batu besar oleh seorang yang sakti mandraguna. Hinggi kini, batu tersebut masih tampak menonjol diantara dinding goa. Sementara pintu Goa Ngesong, diyakini berada di bagian barat atau menghadap ke timur. Posisi ini berlawanan dengan pintu Candi Arimbi yang menghadap ke barat. “Konon, posisi ini melambangkan bentuk syukur orang-orang terdahulu. Secara geologi, kemungkinan besar goa ini ada kaitannya dengan Candi Arimbi,” paparnya. Untuk mencapai goa yang tertutup oleh batu besar dari pintu Goa Ngesong, hanya bisa ditempuh memutar menyusuri bibir sungai dengan berjalan kaki. Namun, para pengunjung diharap ekstra hati-hati, sebab saat musim penghujan, jalanan tersebut licin.
Letih menyusuri bibir sungai, seakan hilang oleh keelokan hamparan sawah terasiring. Ditambah, dengan eloknya Grojokan Parangondo. Gemericik airnya membawa pesona asri dan nyaman, khas pegunungan. Disamping itu, hamparan hutan jati memanjakan mata siapa saja yang menyusurinya. “Kira-kira berjarak 300 meter dari pintu Goa,” kata Widji. Sementara untuk menuju pintu Goa cukup mudah. Jalan masuk menuju Goa Ngesong sekitar 200 meter selatan Balai Desa Pulosari yang berada di pinggir jalan raya jurusan Candi Arimbi – Wonosalam. Selanjutnya, bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau sepeda motor. Namun, bagi pengendara motor hanya mampu menempuh sekitar 200 meter. Selanjutnya, harus berjalan kaki menuruni jalan setapak agak curam sekitar 100 meter. Pintu goa Ngesong, tepat di seberang sungai yang memiliki potensi untuk olahraga arung jeram ini. Hingga saat ini, kata Widji, wana wisata Goa Ngesong, sudah dikunjungi oleh beberapa akademisi, dan pihak Kecamatan Bareng untuk dilakukan penggalian potensinya. “Sebelumnya, sudah dikunjungi dari Mahasiswa Untag dan Undar, untuk digali dan diteliti potensinya. Kami berharap, Pemkab Jombang atau pihak lain memberi perhatian, agar potensi wisata di Desa Pulosari bisa dikembangkan,” harap Widji. Sementara Sekretaris Desa Pulosari, Muchammad Nurul, berkomitmen agar potensi wisata di Desa Pulosari segera dikembangkan, seperti akses jalan dan fasilitas lainnya. “Kita masih menata piranti-piranti yang dibutuhkan. Agar konsep Pulosari sebagai desa wisata segera terealisasi,” katanya. Selain Kasun Pulosari Widji, dalam napak tilas tersebut, KabarJombang.com dipandu oleh Sekretaris Desa setempat Muchammad Nurul, Staf Pemerintahan Imam Suyono, Kasun Sumber Mulyo Suwandori, Danton Hansip Rohudi atau biasa disapa Taram. (rief) Ke Elokan Tersembunyi Goa Ngesong di Desa Pulosari Hari ini 5.307 pengunjung Website Desa Pulosari sejak 3 September 2015 sudah mewarnai duniya maya baik yang memberikan tanggapan komentar maupun sekedar melihat karya tulis maupun media informasi yang di buat PemDes Pulosari hari ini pula mulai berdatangan untuk membuktikan ke elokan panorama Desa Wisata Yang di gagas Desa Pulosari , Candi Arimbi yang indah dipandang dengan relip relipnya yang konon membawa mistis bagi penduduk pulosari,kehadiran goa atau Curukan Ngesong konon curukan yang berjumlah dua ini saling berhubungan dan keterkaitan ditambah kilau Grojokan Parang Ondo serta deretan Parang Dhowo yang sangat indah dan memanjakan mata kita tuk melihat, bagi pengunjung akan di dampingngi seorang pemandu sekaligus Danton Linmas Desa Pulosari yang santun (sebut saja Taram) mulai berdatangan dari kalangan wisatawan, pejabat, media, pelajar dan mahasiswa juga budayawan, semoga pulosari menjadi Desa Wisata alternatif kunjungan di kabupaten Jombang. BARENG, (kabarjombang.com) – Wana wisata alam nan elok, Goa Ngesong, yang berada di bukit antara Dusun Pulosari dan Sumbermulyo, Desa Pulosari, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, merupakan potensi wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungia Wana wisata masih alami yang berada di selatan Candi Arimbi ini, menurut Kepala Dusun (Kasun) Pulosari, Widji, ditemukan warga saat mencari rumput untuk kebutuhan makan hewan ternaknya, belum lama ini. “Kalau berdasarkan karakter Goa, mungkin lebih pas dinamakan curukan, karena kurang besar,” katanya di lokasi Goa tersebut, Sabtu (19/12/2015). Uniknya, kondisi goa yang berada di aliran sungai Sumber Bengawan (Sumber Watumayung), di bawah Gunung Anjasmoro ini, menembus bukit, yakni bibir goa menghadap ke barat dan timur. “Makanya dinamakan Ngesong, bahasa Jawa yang artinya tembus. Sayangnya, goa yang menghadap ke barat ditutup batu besar,” papar Widji. Konon, lanjutnya, goa tersebut merupakan sarang kirik (anjing) kikik, yakni hewan pemangsa manusia, dan digunakan hal-hal mistis. Agar anjing tersebut tidak keluar, sekitar kedalaman 4 meter dari bibir goa yang menghadap ke barat tersebut, ditutup dengan sebongkah batu besar oleh seorang yang sakti mandraguna. Hinggi kini, batu tersebut masih tampak menonjol diantara dinding goa. Sementara pintu Goa Ngesong, diyakini berada di bagian barat atau menghadap ke timur. Posisi ini berlawanan dengan pintu Candi Arimbi yang menghadap ke barat. “Konon, posisi ini melambangkan bentuk syukur orang-orang terdahulu. Secara geologi, kemungkinan besar goa ini ada kaitannya dengan Candi Arimbi,” paparnya. Untuk mencapai goa yang tertutup oleh batu besar dari pintu Goa Ngesong, hanya bisa ditempuh memutar menyusuri bibir sungai dengan berjalan kaki. Namun, para pengunjung diharap ekstra hati-hati, sebab saat musim penghujan, jalanan tersebut licin. Letih menyusuri bibir sungai, seakan hilang oleh keelokan hamparan sawah terasiring. Ditambah, dengan eloknya Grojokan Parangondo. Gemericik airnya membawa pesona asri dan nyaman, khas pegunungan. Disamping itu, hamparan hutan jati memanjakan mata siapa saja yang menyusurinya. “Kira-kira berjarak 300 meter dari pintu Goa,” kata Widji. Sementara untuk menuju pintu Goa cukup mudah. Jalan masuk menuju Goa Ngesong sekitar 200 meter selatan Balai Desa Pulosari yang berada di pinggir jalan raya jurusan Candi Arimbi – Wonosalam. Selanjutnya, bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau sepeda motor. Namun, bagi pengendara motor hanya mampu menempuh sekitar 200 meter. Selanjutnya, harus berjalan kaki menuruni jalan setapak agak curam sekitar 100 meter. Pintu goa Ngesong, tepat di seberang sungai yang memiliki potensi untuk olahraga arung jeram ini. Hingga saat ini, kata Widji, wana wisata Goa Ngesong, sudah dikunjungi oleh beberapa akademisi, dan pihak Kecamatan Bareng untuk dilakukan penggalian potensinya. “Sebelumnya, sudah dikunjungi dari Mahasiswa Untag dan Undar, untuk digali dan diteliti potensinya. Kami berharap, Pemkab Jombang atau pihak lain memberi perhatian, agar potensi wisata di Desa Pulosari bisa dikembangkan,” harap Widji. Sementara Sekretaris Desa Pulosari, Muchammad Nurul, berkomitmen agar potensi wisata di Desa Pulosari segera dikembangkan, seperti akses jalan dan fasilitas lainnya. “Kita masih menata piranti-piranti yang dibutuhkan. Agar konsep Pulosari sebagai desa wisata segera terealisasi,” katanya. Selain Kasun Pulosari Widji, dalam napak tilas tersebut, KabarJombang.com dipandu oleh Sekretaris Desa setempat Muchammad Nurul, Staf Pemerintahan Imam Suyono, Kasun Sumber Mulyo Suwandori, Danton Hansip Rohudi atau biasa disapa Taram.
© PEMERINTAH DESA PULOSARI