Tradisi Lebaran Ketupat, Wujud Syukur dan Silaturahmi di Hari Ketujuh Idulfitri

Pulosari — Tujuh hari setelah Hari Raya Idulfitri, masyarakat Desa Pulosari kembali memeriahkan tradisi tahunan yang dikenal dengan Lebaran Ketupat. Tradisi ini menjadi momen istimewa yang sarat makna, sebagai bentuk rasa syukur setelah menyelesaikan puasa sunah enam hari di bulan Syawal, sekaligus ajang silaturahmi dan kebersamaan antarwarga.

Sejak pagi hari, suasana di Desa Pulosari tampak berbeda. Warga mulai berdatangan ke balai desa dan rumah-rumah kerabat sambil membawa aneka hidangan khas lebaran, seperti ketupat, opor ayam, sambal goreng ati, dan sayur lodeh. Hidangan ini kemudian disantap bersama dalam suasana kekeluargaan dan penuh kehangatan.

Tak hanya itu, kegiatan Lebaran Ketupat juga diisi dengan doa bersama, pembacaan tahlil, serta kegiatan sosial seperti berbagi makanan kepada tetangga yang membutuhkan. Anak-anak tampak antusias mengikuti berbagai permainan tradisional, sementara para orang tua saling bermaaf-maafan dan mempererat kembali tali persaudaraan.

Menurut Kepala Desa Pulosari, tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dan menjadi bagian penting dari identitas budaya lokal. “Lebaran Ketupat bukan hanya soal makanan, tapi juga tentang menjaga nilai kebersamaan dan syukur atas berkah yang telah diberikan,” ujarnya.

Dengan tetap menjunjung nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal, masyarakat Desa Pulosari berhasil mempertahankan tradisi Lebaran Ketupat sebagai simbol harmoni dan pelestarian kearifan lokal yang patut dijaga.

Facebook
Telegram
LinkedIn
WhatsApp

Baca Berita Lainnya